KOLTIM - TRANSJURNAL.com - Kondisi fasilitas di SMA Negeri 3 Lambandia, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara, menjadi perhatian serius. Sejak didirikan pada tahun 2012, sekolah ini masih menghadapi berbagai kendala dalam penyediaan sarana dan prasarana (sarpras) yang memadai, menghambat proses pembelajaran siswa dan kinerja guru.
Kepala SMA Negeri 3 Lambandia, Abdul Asis, S.S., mengungkapkan bahwa keterbatasan ini membuat pengelolaan sekolah tidak berjalan maksimal.
"Saat ini kami memiliki enam rombongan belajar (Rombel), sementara jumlah ruang kelas hanya lima," ujar Abdul Asis kepada transjurnal.com di Kantornya, Kamis, 23/01/2025.
Akibatnya, kata Kepala Sekolah itu, ruangan yang seharusnya memiliki fungsi khusus, seperti perpustakaan, harus diubah menjadi ruang kelas. Selain itu, laboratorium IPA terpaksa digunakan sebagai ruang kepala sekolah dan ruang guru, yang sekaligus dijadikan laboratorium komputer.
“Pembelajaran jadi tidak maksimal. Perpustakaan yang dulunya berfungsi sebagai pusat belajar kini tak lagi dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Padahal, buku-buku di perpustakaan itu sangat penting untuk meningkatkan kualitas siswa,” tambahnya.
Sekolah ini terakhir kali mendapatkan bantuan bangunan pada tahun 2018, berupa tiga ruang kelas, satu laboratorium, dan perpustakaan melalui anggaran APBN. Sebelumnya, pada tahun 2016, sekolah sempat mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pengembangan fasilitas. Namun, sejak saat itu, sekolah belum lagi menerima bantuan dari pemerintah.
“Saya bahkan pernah meminta langsung ke Jakarta pada 2018 saat menjadi guru mitra, sehingga kami mendapatkan bantuan tiga bangunan tersebut. Setelah itu, tidak ada lagi bantuan hingga sekarang. Padahal, jumlah siswa terus bertambah setiap tahunnya,” ungkap Abdul Asis.
Minimnya sarana dan prasarana juga berdampak pada persepsi masyarakat terhadap kualitas sekolah. Menurut Abdul Asis, banyak orang tua ragu mendaftarkan anak-anak mereka ke sekolah ini karena melihat fasilitas yang kurang memadai.
“Masyarakat sering menganggap bahwa kualitas pendidikan di sekolah bergantung pada fasilitasnya. Padahal, itu tidak sepenuhnya benar. Kami punya banyak prestasi, baik di bidang olahraga maupun sains. Bahkan, di Kolaka Timur, kami tidak kalah bersaing dengan sekolah lain dalam berbagai kompetisi,” jelasnya.
Beberapa prestasi yang berhasil diraih siswa SMA Negeri 3 Lambandia antara lain di bidang olahraga dan kompetisi sains tingkat provinsi. Namun, Abdul Asis mengakui bahwa keterbatasan sarpras tetap menjadi kendala utama yang menghambat perkembangan lebih lanjut.
Abdul Asis juga menyebut bahwa dukungan dari pihak eksternal, seperti stakeholder, sulit didapatkan karena adanya berbagai aturan yang ketat. Oleh karena itu, ia berharap pemerintah, terutama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara, dapat memberikan perhatian lebih terhadap kebutuhan sekolahnya.
“Kami berharap tim survei dari dinas provinsi dapat turun langsung ke sekolah untuk melihat kondisi kami. Jika memang sekolah kami layak dibantu, segeralah berikan bantuan. Jangan hanya memberikan janji tanpa realisasi,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa laporan Dapodik sekolah selalu diperbarui dan proposal bantuan diajukan setiap tahun. Namun, hingga kini, hasilnya belum sesuai harapan.
Saat ini, SMA Negeri 3 Lambandia memiliki 116 siswa. Tenaga pengajarnya terdiri dari dua guru honorer, 12 guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), dan satu Aparatur Sipil Negara (ASN), yakni Abdul Asis selaku kepala sekolah.
“Kami tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi siswa meski dengan keterbatasan ini. Namun, dukungan dari pemerintah sangat kami butuhkan agar pembelajaran di sekolah ini dapat berjalan lebih efektif dan memberikan hasil yang maksimal,” tutup Abdul Asis.
Laporan Redaksi